Welcome to penulisindienesia

Selamat datang di penulisindienesia. blognya penulis Indie dan Self Publisher Indonesia:)

Kamis, 23 September 2010

UNTUKMU (AYA)

Aku tak tahu kenapa matahari terbit menyinari pagi, siang, dan sore
Yang ku tahu kau juga menyinari hidupku dari pagi, siang, dan sore
Aku tak tahu kenapa bulan menyinari malam
yang ku tahu kau juga menyinari malam-malam ku
Aku tak tahu kenapa mentari menghangatkan bumi
Yang ku tahu kau juga menghangatkan jiwaku
Aku tak tahu kenapa udara malam begitu menyejukan
Yang ku tahu kau juga menyejukan hatiku
Aku hidup di kala malam
Yang datang begitu senja
Dan pergi begitu pagi
Dan kau hidup di kala pagi
Kemudian pergi di kala senja
Kita tak pernah bersua
Namun ku tahu kau selalu ada
Kita bertemu disaat memandang bintang
Dilangit yang sama
Disaat malam memelukku erat dengan udara dinginnya
Dan kau menghangatkanku dengan cintamu
Yang ada di kala kenangan datang berkunjung
Mengetuk pintu imajiku

Ciputat, 15/4/2010

Senin, 20 September 2010

Secangkir Kebahagiaan

Aku hanya ingin berbagi kebahagiaan
Tapi hidupmu sudah penuh dengan kebahagiaan
Saat ku tuangkan kebahagiaan hatiku
Yang kudapat hanyalah kecewa darimu
Karena kebahagiaan yang kuberi hanya sesaat
Segera meluap dan meluber tumpah keluar cawan hatimu
Kau tak perlu merasa bersalah
Aku yang salah
Karena memang Aku yang tak tahu
waktu yang tepat untuk membahagiakanmu

30/8/2010
Nur Hidayat Saleh

Minggu, 19 September 2010

When I say: Would You Marry with Me?

Mungkin bagimu aku hanyalah lelaki gila yang mencoba menembus batas realitas
Aku hanyalah orang biasa yang mencoba untuk menjadi pribadi yang luar biasa
Aku hanyalah lelaki yang mencoba menunjukan kejantananya
Yang dengan beraninya mengatakan ini semua kepada sesosok bidadari elok dan anggun
Memang sempat sejenak kurasa seakan jantungku berhenti berdetak, nafasku berhenti berhembus, darahku berhenti mengalir
Dan sempat kurasakan tubuhku hampir saja dikalahkan oleh gravitasi bumi yang mencoba menyingkirkan kakiku dari bumi tempatku berpijak
Ketika aku mengatakan “maukah kau menikah denganku?”
Sebuah kalimat Tanya singkat, lugu, dan sederhana namun mampu menelanjangi keberanianku dan mencoba mengakhiri masa lajangku
Menghabiskan sisa hidupmu bersamaku, menjalani sisa waktuku bersamamu

29/8/2010
Nur Hidayat Saleh

Jumat, 17 September 2010

Untuk-Mu yang disebut Tuhan

Ku ukir kata hasil persetubuhan goresan tinta
dan kertas yang dengan rela
menjadi alas tempat ku berkeluh kesah
kepada Kau yang disebut Tuhan
Kau yang disebut Maha Melihat
Lihatlah aku
Kau yang disebut Maha Mendengar
Dengarlah aku
Tolong hancurkan prasasti keraguanku atas diriMu
Yang berdiri kokoh bagai karang dilautan
Hancur terhempas ombak hidayahMu
Keyakinanku atas ketidakyakinanku tentangmu
Yang kini mengakar kuat di ranah hatiku
Terkoyak dan terlepas hingga tak lagi menjerat
Kaki-kaki iman dan taqwaku
Biarkanlah aku membumikan langit dalam ranah hidupku yang kontemporer

Hujan Dalam Hening Hati

Hujan deras membasahi bumi
Semakin menggelitik rasa dalam hening hati
Ku coba menengadahkan kepalaku keatas langit dari balik jendela
Kulihat langit gelap dan awan kelam mengiringi tangisan bumi
Ada sesuatu yang kupanjatkan menjelang senja
Sesuatu bagi sosok yang semakin menjauh
Diam terpaku kudisini mencoba menutupi luka hati
Dengan harapan yang kujahit sendiri
Matahari pergi begitu saja tanpa pamit
Tak seperti biasanya sang surya menghilang tanpa jejak
Tenggelam dan terus menghilang ditelan lautan malam
Mendung ini, deras hujan ini, petir yang menggelegar ini
Seharusnya tak seberisik ini dan tak mengusik ketenangan hatiku
Masa lalu, kini, esok, dan selamanya
Apa yang akan kudapatkan dari perjalanan hidup ini
Waktu yang begitu singkat ini akankah memberi arti
Atau hanya akan pergi berlalu begitu saja tanpa makna
Menghilang tanpa jejak tetapi begitu membekas dihati
Deras hujan mulai reda menjadi rintik
Aku yang begitu mengimani akhir dari awal
Begitu mengimani perpisahan dibalik pertemuan
Tak bisa lagi mengelak ketika ku mulai membasuh hatiku yang terluka
Dengan air surga yang bersemayam dalam air bumi
Bersimpuh ku kemudian sujud diantara semesta yang masih bermusik
Tuhan membiarkan mereka bernyanyi dengan hikmah
Suasana ini menemaniku namun tak kurasa berisik
Dan mulai kurasakan Tuhan yang begitu dekat, dekat sekali
Kurasakan Dia Turun lebih awal dari pada biasanya
Tak sebiasa disaat orang-orang lebih banyak tidur terlelap
Dalam buaian malam, bulan, bintang, dan dingin yang menyelimuti
Dan hanya sedikit yang terjaga bermunajat dan berkasih dengan tangis dan kerinduan
Kurasakan kini Rahmat-Nya mengalir didalam aliran darahku
Menyatu dengan tubuh dan jiwaku
Dan akan kuteruskan akan kubagikan dengan yang lainnya
Akan kubiarkan sepercik dari Rahmat-Nya yang bersemayam ditubuhku
Mengalir seperti air hujan yang turun meresapi bumi
Mengalir kesemua tempat dan bermuara di lautan
Agar semua bisa merasakan betapa sejuknya rasa ini
Indahnya kebersamaanku dengan-Nya
Ketika hujan turun dalam hening hati…
14/05/2010

Biarkan Waktu Beristirahat Sejenak

Ingin kuhentikan pasir waktu
Agar butiran detik,menit, dan jam itu berhenti
Ingin kupecahkan jasad waktu yang menopang raga pasir
Agar waktu berhenti bernafas dan jantung waktu tak lagi berdenyut
Ingin ku menyelami lautan waktu
Mencari sosok cinta dan sahabat
Yang terseret arus waktu
Yang mengalir di cawan hidupku
Dan bermuara di relung hati
Meninggalkan jejak kesedihan
Dipalung imaji tak bertepi
Lukaku atasmu kuukir dihamparan pasir pantai
Agar semua pedih itu cepat berlalu dan menghilang
Tersapu ombak senyuman persahabatan tanpa maaf
Bahagiaku darimu kuukir diatas batu
Agar tak lekang oleh waktu
Dan tetap abadi terukir di prasasti hati
Bagai karang yang tetap tegar berdiri
Meskipun badai dan ombak peradaban menerpa
Raga ku terasa rapuh termakan rayap usia
Namun jiwa ini tak kubiarkan terlelap
Dan kubiarkan waktu beristirahat sejenak
Kemudian membuatku terjaga abadi
Karena mampu mempertemukan dan mempersatukan
Kembali diriku dan dirimu di dalam naungan dan ridha Tuhan

4 April 2010
Nur Hidayat Saleh

Bertandanglah Kenangan yang Bertamu

Kenapa setiap melihat langit malam
Aku selalu saja merindukan kalian
Kalian datang mengendarai kenangan
Dan berhenti tepat di depan rumah imajiku
Silahkan masuk teman-temanku
Tidak ada siapa-siapa malam ini dibenakku
Biarkanlah ku suguhkan kebersamaan seperti dulu lagi
Keceriaan dan canda tawa yang membuat kita lupa untuk apa dipertemukan
Menangislah karena kita tak akan pernah tahu kapan kebahagiaan itu terulang kembali
Tahan, Jangan pergi dulu kenangan, jangan beranjak dulu teman
Meskipun ku tahu rasa kantuk mulai mengantarkan kalian ke dalam realita yang kusebut mimpi
Terima kasih telah mengunjungiku meskipun hanya melalui kenangan
Karena hanya dengan ini semualah aku merasa kalian merindukanku dan takan melupakanku

1/9/2010
Nur Hidayat Saleh

Sejatinya Untukmu

Masih tentang cinta Masih tentangmu
Masih belum bisa ku jawab takdir yang bertanya
Dan masih belum ku tahu kemana berpihaknya waktu
Maafkan aku yang selama ini menyembunyikan diri dalam kata
Lelah aku memainkan kata yang sama
Bosan aku memainkan peran yang sama
Bisakah kau berhenti sejenak dari kemunafikan dan kebencianmu padaku
Maukah kau meluangkan nafasmu untukku meskipun hanya sehari
Dan menyaksikan betapa jantannya aku ketika melepas topeng kepura-puraan ini
Satu kali saja dalam hidupmu karena aku tahu hari esok tak akan ada lagi untuk kita
Karena mentaripun aku tahu tak akan sudi menerangi jalan cinta kita selamanya

30/8/2010
Nur Hidayat Saleh

Resah Pengantar Tidur

Rembulan datang mengetuk pintu jendela rumahku
Mengantarkan pesan bahwa malam semakin larut
Aku tahu karena mataku belum dimanjakan oleh kantuk
Entah mengapa wajahmu masih saja membuatku terpaut
Jangan matikan lampu ku mohon dengan sangat
Karena cahaya bulan tidak cukup terang
untuk menerangi indahnya wajahmu
wajah yang begitu teduh dan menyejukan
tatapan mata yang lembut dan belaian mesra yang hangat
seakan mampu membuatku bersahabat dengan malam
biarkanlah aku melihatmu tertidur lebih dulu
setelah itu aku berjanji membiarkan malam menjemput pagi
pagi yang cerah dengan senyumanmu yang indah

30/8/2010
Nur Hidayat Saleh

Biarkan Aku Pulang Malam


“jangan jalan kaki, jangan pulang malem2!”
Kata-katamu masih terngiang-ngiang dikepalaku
Hingga akhirnya ketika mentari pagi membangunkanku dengan terangnya
Aku baru tersadar kisah yang kita lalui kemarin menjadi dongeng yang indah
Yang dengan rela mengantarkanku ke alam bawah sadarku
Dan membaringkanku dalam pangkuan malam yang dingin
Ragaku benar-benar terkalahkan oleh rasa lelah dan membuat tubuhku menyerah
Tapi entah kenapa semua terasa benar-benar berbeda dan begitu romantisnya
Aku ingin menangis mengingatmu dan seakan benar-benar tak bisa hidup tanpamu
Tapi Tuhan tahu aku bersahabat dengan alam
Dan Tuhan pun akhirnya membiarkan langit menurunkan hujan
Sebagai pertanda mewakili kerinduan yang menjelma dengan tangis kebahagiaan
Yang tak perlu kuteteskan, cukup kusimpan dalam hati, dan biarkan hujan mewakilinya
Karena aku tak ingin suasana indah itu terisi dengan lisanmu yang melontarkan Tanya “Kenapa kamu menangis sayang?”
Aku tak sanggup mendengar suara lirihmu itu menodai teduhnya wajahmu
Aku teringat ketika suatu hari aku memikirkan tentang hari kematianku
Aku bertanya apa yang bisa aku berikan dan tinggalkan untuk orang yang kucintai?
Kesempurnaan atau kebahagiaan?
Hingga akhirnya aku memilih kebahagiaan
Kesempurnaan belum tentu bisa membuat kita merasa bahagia
Tapi kebahagiaan pasti bisa membuat kita merasa sempurna
Dan itulah mengapa kau yang mungkin bagi orang lain biasa saja
Tapi bagiku kau begitu luar biasa, kau begitu sempurna
Karena kebahagiaan yang kau berikan dan kau bagi padaku
Membuatku tahu untuk apa aku hidup di dunia ini?
Bagi dunia dan orang lain kau mungkin hanyalah seseorang
Yang biasa dan tidak ada artinya
Tapi bagi seseorang yang itu adalah aku
Kau adalah duniaku yang memiliki arti yang luar biasa
Aku sayang kamuJ
13-14 September 2010
Nur Hidayat Saleh